Dr Pungkas Bahjuri: Lembaga dan Keluarga Adalah Suatu Keharusan Dalam Percepatan Penurunan Stunting
Memperingati Hari Gizi Nasional 2021, Pergizi Pangan Indonesia bekerjasama dengan Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), Akademi Bidang Ilmu Pangan dan Gizi Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPG AIPI) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan webinar, talkshow, serta peluncuran perangkat lunak Cek Status Gizi. Webinar dengan tema Pengendalian Anemia dan Stunting menghadirkan para pembicara Dr dr Lucy Widasari MSi Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil, Sekretariat Wakil Presiden RI, Dr Pungkas Bahjuri Ali MS Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Bappenas, Dr Dhian Proboyekti Dipo SKM MA, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, dan Prof Dr Dodik Briawan MCN Guru Besar Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat IPB University, dan Linus Lusi MPd (Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT). Dr Lucy memaparkan tentang kebijakan dan target penurunan stunting, Dr Dian P Dipo memaparkan tentang berbagai program unggulan strategis dalam pengendalian anemia pada remaja.
Menurut Dr Pungkas Bahjuri, “pendekatanan kelembagaan dan keluarga adalah suatu keharusan dalam percepatan penurunan stunting, karena itu penting sekali adalanya kolaborasi pemerintah dengan akademisi, bisnis, organisasi kemasyarakakatan, komunitas, dan Media dalam percepatan penurunan stunting.” Prof Dr Dodik menyampaikan tentang Kisah Sukses dan Potensi Inovasi Program dalam Percepatan. Salah satu program pencegahan anemi pada remaja putri di SMP dan SMA saat ini adalah pemberian tablet tambah darah (TTD). Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Linus Lusi MPd, “program pemberian tablet tambah darah ini perlu disertai dengan edukasi gizi dan perbaikan konsumsi pangan di keluarga siswi. Berarti pengetahuan gizi para guru perlu ditingkatkan sejalan dengan perbaikan ekonomi keluarga siswa agar pencegahan anemi tidak selalu tergantung pada TTD yang tidak semua siswi patuh mengonsumsinya.”
Mengawali webinar juga hadir memberikan sambutan Dr Entos Zainal SP Ketua PERSAGI, Prof Dr drh M Rizal M Damanik MRepSc – Deputi BKKBN, dan Prof Aman Wirakartakusumah MSc – Ketua AIPG AIPI. Dalam pengarahannya Prof Rizal Damanik mengapresiasi kegiatan PERGIZI PANGAN Indonesia dengan stakeholder terkait termasuk dengan BKKBN. Saatnya semua komponen bangsa baik organisasi profesi, kepakaran dan lembaga pendidikan saling bekerjasama mensukseskan program percepatan penurunan stunting, yang bial tidak direspon cepat akan memperburuk kualitas anak dan generasi mendatang.
Sementara Prof Aman mengajak semua pihak menrapakn pendekatan system pangan dari hulu ke hilir dalam percepatan pencegahan anemia dan stunting. Indonesia kaya akan sumberdaya pangan, baik di laut maupun di darat, yang agar bisa dimanfaatkan dengan optimal perlu penerapan inovasi yang tepat dan kepemimpinan yang kuat. Talkshow dengan tema Peran Perguruan Tinggi dalam Inovasi, Advokasi dan Pendampingan untuk Percepatan Penurunan Stunting, menghadirkan narasumber Dr dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) Kepala BKKBN RI dan Ketua Percepatan Penurunan Stunting, Prof Dr Nizam MSc – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud, Prof Dr Arif Satria MSi, Rektor IPB University dan Ketua Forum Rektor Indonesia, drg Kartini Rustandi MKes Plt Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Kemenkes, Dr Gita Nirmala Sari MKeb – Dosen Poltekkes Jakarta III dan Ketua Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND), dan Prof Dr Hardinsyah MS – Guru besar Ilmu Gizi IPB, Ketua Umum AIPGI dan Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia. Dr Hasto Wardoyo mengungkapkan menyambut baik kegiatan Pergizi Pangan Indonesia yang menghasilkan banyak pemikiran strategis bagi kami yang diberi amanah Bapak Presiden sebagai Ketua Pelaksana Penurunan Stunting. "Begitu juga kesediaan Ketua Forum Rektor Indonesia, Pimpinan AIPKIND dan Pimpinan AIPGI yang memiliki banyak dosen dan mahasiswa di seluruh daerah di Indonesia dalam turut memberikan inovasi, advokasi dan pendampingan program percepatan stunting,” jelas Hasto Wardoyo.
Menurut Prof Dr Fasli yang memandu Talkshow “Program percepatan penurunan stunting harus fokus pada calon pengantin dan ibu hamil”. Pimpinan AIPGI dan AIPKIND mengungkapkan “siap bekerjasama dengan BKKBN melibatkan 1.400 program studi gizi dan program studi kebidanan yang memiliki sekitar 10.000 dosen dan lebih dari 150.000 mahasiswa gizi dan kebidanan, serta mengajak raturan ribu dosen dan mahasiswa dari program studi terkait lainnya dibawah koordinasi Forum Rektor Indonesia untuk mensukseskan program penurunan stunting yang dikomandani Dr Hasto Wardoyo sesuai keunggulan perguruan tinggi yaitu kemampuan pengembangan inovasi, advokasi dan pendampingan setiap pasangan catin dan ibu hamil agar bayi lahir bebas stunting di daerah kampusnya masing masing se Indonesia, bila perlu satu dosen mendampingi satu kecamatan atau desa prioritas stunting, dan satu mahasiswa dilatih mendampingi satu pasangan pengantin baru dan pasangan ibu hamil sejak awal konsepsi sampai bayi lulus ASI ekslusif.” Lebih lanjut Ketua Umum AIPGI Prof Hardinsyah menyatakan bahwa untuk memulai hal ini “perlu disepakati Langkah langkah Kerjasama yang konkrit mulai dari akurasi pendataan dan pemetaan yang riel time secara digital tentang pasangan pengantin baru dan ibu hamil dari awal konsepsi, serta pemantauan secara digital; pelatihan dan penyiapan dosen sebagai advokator, promotor, dan edukator serta mahasiswa sebagai pendamping di lini keluarga atau pasangan penganting dan ibu hamil; serta sistim intervensi dan mekanisme kerja dengan menerapkan inovasi yang sesuai dan pendampingan kepada keluarga sasaran, termasuk oleh dosen dan mahasiswa.” Pada acara ini juga diluncurkan aplikasi atau program perangkat lunak CEK STATUS GIZI Online. Sesuai namanya, aplikasi ini dimaksudkan untuk memudahkan setiap orang untuk mengecek dan memantau status gizi secara online tanpa bayar (gratis). Perangkat Cek Status Gizi Online ini diinisiasi dan dikembangkan oleh Prof Dr Hardinsyah MS sebagai Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB University bersama Tim IT Linisehat. Saat ini program berbasis web dan dalam waktu dekat segera tersedia sebagai aplikasi di playstore.
“Karena perangkat ini dikembangkan Bersama Linisehat maka perangkat ini tersedia dan dapat mudah diakses di cekstatusgizi.linisehat.com. Dengan menjawab beberapa pertanyaan di layar computer atau telepon selular secara akurat, maka dalam hitungan detik anda dapat mengetahuai dan melihat hasil dari cek status gizi anda apakah termasuk normal, gizi kurang atau gemuk, serta rekomendasi yang dianjurkan tentang berat badan normal dan ideal, termasuk bagi remaja, pasangan pengantin dan ibu hamil. Berapa tambahan berat badan normal bagi ibu hamil setiap bulan dapat diketahui dengan cepat dan apakh sudah dicapai seorang ibu hamil atau belum untuk mencegah bayi lahir stunting. Ini sangat relevan dengan program percepatan penurunan stunting yang berfokus pada pasangan pengantin dan ibu hamil," papar Prof Hardinsyah. Rektor IPB yang juga Ketua FRI menyatakan “Peran perguruan tinggi diharapkan mengembangkan sistim Pendidikan yang memungkinkan mahasiswa dan dosen dapat berkiprah secara terstruktur dan berkelanjutan mengembangkan dan menerapakan inovasi, melakukan advokasi dan pendampingan kepada pemerintah daerah, desa dan keluarga sasaran.” Dari segi edukasi gizi dan suplai pangan, perlu upaya peningkatan konsumsi pangan sumber protein seperti telur, ikan, daging, susu, tahu dan tempe, serta peningkatan konsumsi buah yang penting bagi remaja, pasangan pengantin baru dan ibu hamil untuk mencegah stunting sejak dini.
Dalam sambutan penutupan Prof Dr Hardinsyah menyampaikan bahwa “PERGIZI PANGAN Indonesia terus bekerjasama dengan pemerintah, perguruan tinggi dan media serta berbagai pihak pihak terkait dalam turut berkontribusi melalui kepakaran pengurus dan anggota PERGIZI PANGAN Indonesia memperbaiki pangan dan gizi bangsa agar terwujud generasi dan keluarga sehat dan kuat serta berdaya saing di era globalisasi digital”. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.